Jumat, 04 Maret 2011

Harga Minyak Dunia Terus Naik


Harga minyak mentah di pasar Asia, Kamis (3/3/2011), terus naik seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap kondisi di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Kontrak utama New York minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman April naik 24 sen ke posisi 102,47 dollar AS. Adapun minyak mentah jenis Brent North Sea pada pengiriman April bertambah 35 sen menjadi 116,70.
”Kehilangan suplai dari negara-negara (Timur Tengah) seperti Libya dan kemungkinan peningkatan keluarnya investasi asing mendukung harga minyak melaju lebih jauh dalam jangka panjang,” sebut laporan Barclay Capital.
Situasi di Libya semakin memanas seiring dengan pernyataan pemimpin Libya Moammar Khadafy yang menyebutkan akan terjadi perang sangat berdarah yang akan membuat ribuan orang Libya tewas.
Selain itu, serangan udara ke pelabuhan minyak strategis Brega yang merupakan pusat operasi minyak utama membuat Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa lebih dari setengah produksi minyak Libya tidak bisa masuk ke pasar internasional.
IEA merevisi mengenai perkiraan minyak Libya yang tidak bisa masuk ke pasar internasional, yakni menjadi 850.000 hingga 1 juta barrel per hari dari total produksi 1,6 juta barrel dengan mayoritas dikirim ke para pembeli di Eropa.

Memalukan Orang Kaya Pakai Premium



Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Saleh menyatakan, orang kaya yang masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium adalah tindakan yang memalukan.
"Yang jadi soal ketika harga Pertamax naik, kok membeli BBM (bersubsidi) yang bukan buat mereka (orang kaya). Ini tolong tulis, ini memalukan. Kalau saya jadi orang mampu (kaya) tidak akan melakukan hal itu," kata Darwin kepada pers seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, delegasi Mitsubishi Corporation Jepang yang dipimpin Presiden dan CEO Mitsubishi Corporation Ken Kobayashi, Rabu (2/3/2011) di kantor Presiden Jakarta.
Penjelasan itu dikemukakan Darwin menjawab pertanyaan wartawan soal harga Pertamax (BBM nonsubsidi) yang kembali naik. "Kan (Pertamax) sudah mengikuti (harga) pasar. Buat orang mampu biar saja. Mereka (orang kaya) harus berani membeli," kata Darwin.

Harga Premium Bisa Naik


Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) telah melampaui asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011. Anggota Badan Anggaran DPR, Muhammad Romahurmuziy, mendesak pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi bila rata-rata ICP Maret nanti bertengger di kisaran 90 dollar AS per barrel.
Menurut dia, sesuai dengan Pasal 7 Undang-Undang APBN 2011, pemerintah berhak menyesuaikan harga BBM subsidi bila harga rata-rata ICP melebihi 10 persen dari asumsi makro. Romahurmuziy mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi ini agar tidak terjadi pembengkakan subsidi.
Berdasarkan asumsinya, jika ICP mencapai 100 dollar AS per barrel dengan kurs Rp 9.250 per dollar Amerika Serikat (AS) dan volume 40,5 kiloliter,  akan terjadi pembengkakan subsidi maksimum sebesar Rp 76 triliun.
Dalam hitungannya, penyesuaian harga BBM bersubsidi yang dimungkinkan jika ICP sebesar 90 dollar per barrel dan kurs Rp 9.250 per dollar Amerika Serikat, harga BBM bersubsidi naik lebih kurang Rp 580 per liter. Jika harga ICP 90 dollar per barrel dengan kurs Rp 9.000 per dollar AS, harga BBM naik sekitar Rp 440 per liter.
Sementara jika harga ICP 100 dollar per barrel dengan kurs Rp 9.250 per dollar AS, harga BBM naik sekitar Rp 1.150 per liter. Dan jika harga ICP 100 dollar per barel dengan kurs Rp 9.000 per dollar AS, harga BBM naik lebih kurang Rp 1.000 per liter.
Menurut dia, sembari melakukan penyesuaian harga premium, rencana pengendalian volume BBM bersubsidi harus terus dijalankan selambat-lambatnya 1 September 2011 untuk seluruh Jawa-Bali. Dengan demikian, katanya, waktu enam bulan ke depan bisa digunakan untuk uji coba beberapa modus pengendalian, mulai dari smart card, RFID, maupun kartu subsidi BBM prabayar.
”Kementerian ESDM memiliki tugas berat, bukan hanya penuntasan kajian menyeluruh, tapi juga uji coba beberapa modus yang paling meminimalkan penyimpangan kebijakan. Dengan demikian, 6 bulan ke depan bisa digunakan untuk penuntasan kajian 1 bulan, uji coba modus 1 bulan, dan 4 bulan instalasi peralatan di SPBU yang simultan dengan sosialisasi,” ujarnya, Kamis (3/3/2011)

Harga Minyak Naik, Indonesia Waspada


Harga minyak mentah dunia yang terus meningkat di atas 100 dollar AS per barrel membuat Indonesia perlu mewaspadai penurunan produksi minyak mentahnya. Hal ini perlu karena penurunan produksi minyak mentah siap jual atau lifting akan membuat Indonesia kehilangan kesempatan untuk memperoleh penerimaan maksimal dari ekspor minyak.
”Ini lampu kuning buat kita, dalam arti bukan harus khawatir, tetapi dalam arti tetap kita harus mewaspadai lifting. Ada potensi lifting tidak tercapai. Kenaikan harga minyak juga mengakibatkan subsidi membengkak,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Kamis (3/3/2011).
Seperti diberitakan Reuters, harga minyak di pasar Amerika Serikat pada Rabu (2 Maret 2011) menapak di posisi 102,23 dollar AS per barrel. Ini adalah kenaikan harga minyak di atas 100 dollar AS per barrel sejak September 2008.
Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran akan terhentinya pasokan minyak dari Libya yang sedang dilanda perang saudara. Kenaikan harga minyak itu mendorong kenaikan harga bensin di Amerika Serikat sekitar 20 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo memperkirakan target lifting tahun 2011, yakni 970.000 barrel per hari, sulit dicapai, bahkan kalau untuk mencapai 950.000 barrel per hari pun akan sulit. Beberapa masalahnya adalah adanya asas cabotage dan produksi Blok Cepu yang tidak maksimal.
Menurut Hatta, keyakinan target produksi minyak masih dapat tercapai karena tahun 2011 masih menyisakan waktu sembilan bulan. Jika seluruh kontraktor kontrak kerja sama migas bekerja serius sejak sekarang.
”Masih ada waktu untuk genjot produksi. Saya berkeyakinan itu tetap bisa digenjot asalkan beberapa hal yang menghambat segera diselesaikan. Itu termasuk asas cabotage, itu kan tinggal merumuskan sedikit saja. Lalu memutuskan tender yang bertele-tele. Kemudian terkait kontrak yang akan berakhir harus diberikan kepastian, apa pun juga harus ada keputusan cepat,” ujarnya. 

Harga Mi Instan Dinaikkan


Produsen mi tengah berancang-ancang menaikkan harga mi instan akibat harga gandum dunia terus melonjak.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Industri Pangan Indonesia (Aspipin) Budiyanto sekaligus Presiden Direktur Sentrafood, produsen mi instan Salami, mengatakan, kenaikan harga mi instan memang sudah sewajarnya terjadi. "Pengaruhnya sangat besar karena gandum berkontribusi terhadap 70 persen hingga 80 persen biaya produksi," ujarnya.
Menurut Budiyanto, kenaikan harga mi instan yang akan diberlakukan oleh produsen mi instan 5 persen-10 persen. Kenaikan itu menurutnya masih akan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Budiyanto mengatakan, produsen yang menaikkan harga mi instan bukan karena ingin mencari untung yang besar, melainkan hanya untuk menutup biaya produksi yang terus naik.
Apalagi jika dibandingkan negara lain, harga mi instan di Indonesia merupakan yang termurah di dunia. Harga mi instan di Jepang misalnya 15 hingga 20 kali lipat harga di Indonesia, sedangkan di Malaysia sekitar Rp 4.000 hingga Rp 5.000.
Kenaikan harga gandum menurutnya bukan hal yang baru karena sudah terjadi sejak lama. Sebelumnya, tahun 2009, harga gandum 550 dollar AS hingga 600 dollar AS per metrik ton. Namun, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembebasan bea masuk dan PPN untuk meredam kenaikan harga produk makanan berbahan baku gandum, seperti mi instan, roti, dan biskuit.
Harga gandum saat ini berkisar 400 dollar AS per metrik ton. "Kecenderungan ke depan, harga gandum akan terus mengalami kenaikan," ungkap Budiyanto.
Franky Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur, produsen mi instan Indomie, mengatakan, wajar saja jika produsen mi instan menaikkan harga sewaktu-waktu. Hal ini menurutnya perlu dilakukan karena sejak awal tahun 2010, harga gandum sudah mengalami kenaikan hingga 60 persen. Namun, harga terigu belum naik. "Jadi wajar saja jika perusahaan mengambil ancang-ancang untuk menaikkan harga mi instan," papar Franky.
PT Indofood Sukses Makmur menurutnya sudah menaikkan harga mi instan Indomie sejak 15 Februari 2011. Harga Indomie sebelumnya juga telah mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2010. 

AirAsia Bujuk Pemerintah RI


PT Indonesia AirAsia(IAA) melakukan pendekatan terhadap Kementerian Perhubungan terkait syarat kepemilikan pesawat yang diwajibkan oleh pemerintah. Maskapai tersebut meminta agar syarat memiliki lima pesawat diperingan.
Seperti diketahui, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mewajibkan maskapai untuk memiliki lima pesawat dan menguasai lima unit lainnya. Aturan tersebut akan berlaku mulai 12 Januari 2012.
Dari lima besar maskapai berjadwal saat ini, yaituGaruda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Batavia Air, dan IAA, ada dua maskapai yang belum memiliki pesawat, yaitu Lion Air dan IAA. Selama ini pesawat yang dioperasikan oleh keduanya berstatus sewa.
"Kami sudah bertemu dengan pihak Kemenhub sekitar empat atau lima kali untuk membicarakan masalah ini," kata Presiden Direktur IAA Dharmadi di Jakarta, Kamis (3/3/2011).
AirAsia meminta agar aturan kepemilikan lima pesawat tersebut tidak bisa dilakukan dengan cara sewa-beli (lease to purchase). Saat ini, sebanyak 20 pesawat, yaitu 16 Airbus A320 dan empat Boeing737-300 masih berstatus sewa dan sewa beli.
"Kalau aturannya mengharuskan memiliki, maka kami akan membeli yang Boeing 737-300 karena harganya relatif murah yaitu 3 juta dollar AS. Kalau yang Airbus sangat berat karena mahal. Harganya 50 juta dollar AS hingga 80 juta dollar AS," ujarnya.
Penasihat IAA, Suratman, juga meminta agar pemerintah obyektif untuk mengkaji masalah kepemilikan pesawat sehingga tidak memberatkan pelaku usaha dan mengabaikan aspek keselamatan bagi penumpang.
Menurutnya, jika pemerintah memaksakan maskapai harus membeli pesawat dengan cara kontan, maka dipastikan pesawat tua bakal masuk ke Indonesia. "Bisa jadi nantinya lima pesawat yang menjadi milik maskapai sudah tua-tua dan membahayakan keselamatan penumpang," ujar Suratman.

Harga BBM Sementara Belum Akan Dinaikkan


Meskipun Indonesia Crude Price (ICP) Februari 2011 telah tembus asumsi APBN 2011, mencapai 103,31 dollar AS per barrel, pemerintah masih belum akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Menteri Keuangan Agus Martowardojo, saat ditemui di kantornya, mengatakan, sampai dengan sekarang harga BBM belum akan dinaikkan. "Untuk sementara belum kita lakukan," ujarnya, di Jakarta, Jumat (4/3/2011).
Kementerian ESDM mencatat ICP Februari 2011 mencapai 103,31 dollar AS per barrel. Capaian ini tercatat mengalami kenaikan sebesar 6,22 dollar AS untuk tiap barrelnya dibanding bulan sebelumnya.
Agus melanjutkan bahwa langkah yang diambil pemerintah atas ICP yang telah tembus 100 dollar AS per barrel, membuat kajian, melakukan monitoring, menganalisis, dan melakukan simulasi terhadap kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Apalagi seandainya ICP akan naik lagi. Maka, dibutuhkan satu kajian akan dampak tersebut terhadap anggaran.
Namun, Menkeu berpandangan bahwa naiknya ICP hanya sementara dan tidak berlanjut lama. "Kita berpandangan bahwa kenaikan ICP itu tidak akan lama. Jadi, sekarang ini yang saya lakukan adalah melakukan monitoring, menganalisis, dan melakukan simulasi," jelasnya.
Agus menjelaskan kemudian bahwa simulasi yang dilakukan sifatnya intern, dan langkah itu dilakukan bukan saja karena ICP yang meningkat, melainkan juga ada faktor lain, khususnya inflasi, suku bunga, dan sampai pada lifting minyak.
Terkait dengan naiknya ICP mencapai 103,31 dollar AS per barrel, oleh Tim Harga Minyak Indonesia, dijelaskan terjadi sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Dipicu pergolakan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, seperti Mesir, Algeria, Yaman, Bahrain, dan Libya, telah meningkatkan kekhawatiran terhambatnya suplai minyak mentah dan penurunan produksi.